Minggu, 06 Maret 2016

Renaissance

PENDAHULUAN
Kebudayaan Yuniani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek utama. Tidak dapat kita pungkiri bahwa Eropa dan Italia khsuusnya menjadi modern seperti sekarang, sebenarnya sudah dimulai sejak zaman Renaissance. Modernisasi bagaimanapun pasti akan memerlukan waktu sebentar ataupun lama, seperti halnya Eropa dan Italia yang memerlukan waktu kurang lebih lima abad bahkan Jepang yang memulai modernisasi sejak zaman Meiji Restorasi dimana mereka memerlukan waktu kurang lebih satu setengah hingga dua abad.
Masa Renaissance adalah masa dimana para ahli pikir berupaya melepaskan diri dari dogma agama. Renaissance adalah sebuah gerakan budaya yang berkembang pada periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Abad Pertengahan Akhir(Abad Pertengahan Akhir atau Zaman Pertengahan Akhir adalah sebuah zaman dari sejarah Eropa yang utamanya meliputi abad ke-14 sampai ke-15 (sekitar 1301–1500). Tentunya ada manfaatnya apabila menyelami seluk beluk modernisasi suatu bangsa dan negara, khusunya Italia dan Eropa.
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan sejarah Renaissance
Kata Renaissance, yang terjemahan literal dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris adalah "Rebirth" (atau dalam bahasa Indonesia "Kelahiran kembali"), pertama kali diperkenalkan oleh Giorgio Vasari pada abad ke-16 untuk menggambarkan semangat kesenian Italia mulai abad ke-14 hingga ke-16 yang bernapaskan semangat kesenian Yunani dan Romawi Kuno.[1] Arti Renaissance juga dapat dipahami dari arti terminologi bahwasanya Renaissance adalah timbulnya revolusi pandangan hidup orang-orang Eropa dari zaman pertengahan menuju abad modern melalui peralihan yang cukup cepat. Istilah Renaissance sering digunakan untuk menamai berbagai macam kebudayaan dan pemikiran di Eropa yang dimulai dari Italia kemudian meluas ke beberapa negara di Eropa lainnya. Kemunculannya menghidupkan kembali ilmu pengetahuan, filsafat, dan perubahan diberbagai kehidupan hingga para sejarawan menganggap sebagai awal zaman modern. Perubahan yang terjadi pada zaman Renaissance menjadi persiapan bagi pembentukan filsafat pada abad ke-17(filsafat modern).[2] Oleh karena itu para ahli pikir mendambakan kelahiran kembali filsafat yang bebas, yang tidak terikat pada ajaran agama. Hal ini didorong dengan sebab mulai pudarnya kewibawaan dewan gereja pada masa itu yang dianggap terlalu banyak mencampuri kegiatan ilmiah dan juga orang-orang pada masa itu lebih mendambakan nilai-nilai individual yang bersifat konkrit dan menggunakan akal pikir karena mereka tidak mempercayai nilai-nilai universal yang terlalu dianggap abstrak.[3] Sehingga Burckhardt dalam bukunya menyebutkan bahwa munculnya renaissance bukan sekedar kelahiran kembali kebudayaan Romawi dan Yunani kuno tetapi merupakan kebangkitan kesadaran menusia sebagai makhluk yang rasional.
Beberapa tokoh yang cukup berpengaruh pada zaman renaissance seperti Leonardo da inci, Michelangelo dan Francis Bacon. Davinci mengatakan masa renaissance manusia berkeyakinan bahwa pengalaman, eksperimenn dan rasionalitas manusia merupakan dasar dalam kehidupan duniawi ini.[4] Bisa kita pahami bahwa, jika Abad Pertengahan mengatakan manusia lahir ke dunia turun dari surga dan begitu lahir langsung mengangkat kepalanya untuk menengadah lagike surga, maka masa renaissance mengatakan manusia lahir ke dunia untuk mengolah menyempurnakan serta menikmati dunia ini, baru setelah itu menengadah ke surga. Manusia pada zaman ini belajar untuk memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayan kepada sesama dengan hidup secaara aktif memikirkan kepentingan umum dan bukan hidup bersenang-senang dan pasif. Leonardo da Vinci sangat menyukai ilmu pengetahuan, walaupun beliau juga ahli dalam bidang seni, astronomi, anatomi, sehingga beliau memahami burung terbang dan merancang pesawat terbang.
B.     Renaissance di Italia
Perkembangan penting yang kita sebut Renaissance sebenarnya dimulai dari Italia pada wal abad ke-14 dan kemudian menjadi sebuah produk yang artistik karena penemuan manusia dan alam pada abad ke-15.[5] Pada abad ke-14 yaitu Ketika Dante dengan Divina Comedianya, atau Gionto dengan lukisan-lukisan meninggalkan ciri-ciri dan tradisi seni sastra dan seni lukis dimasa itu. Pelukis pada masa ini menggambarkan orang-orang dalam lukisanya seperti halnya nyata hidup. Ketika Perang Salib berakhir justru Italia mendapatkan keuntungan yang sangat besar karena letaknya tepat dipusat kawasan perdagangan yang paling ramai di dunia pada masa itu(Laut Tengah), sehingga memiliki peluang sebagai pintu gerbang masuknya barang-barang impor dari Timur Tengah yang kemudian disalurkan keseluruh Italia Utara terus keJantung daratan Eropa ata sebaliknya.[6] Selain mendapatkan keuntungan dalam hal perdagangan, pada abad ke-15 di Italia juga berkembang ilmu filsafat, dengan ajaran bahkan cara yang berbeda pada zaman sebelumnya yakni filsafat Skolastik. Perkembangan Skolastik memuncak pada abad pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan pertama abad ke-14 karena perhatianya telah dialihkan kepada teologia persoalan gerejani bukan lagi pada hal filsafat.[7]
Italia menyatakan bahwa negeri-negeri lain mampu menciptakan satu suasana berfikir bebas oleh akal dapat diciptakan dan dimulai dari ilmu pengetahuan. Karena sejak ke-14 semua orang merasai perlunya Gereja diperbarui dan pembaruan telah dijanjikan, tapi keadaan semakin buruk dan tidak ada lagi jalan lain selain pemberontakan. Pemberontakan itu salah satunya dipimpin oleh Luther, dimana Luther tidak memberontak terhadap ajaran agama namun dia memberontak terhadap cara-cara gereja yang memeras uang, terutama dengan menjual Surat-surat Tanda Pengampunan Dosa(Atllatbrieven) pada masa itu.[8] Italia dimasa renaissance bukan merupakan kesatuan politik, karena pada masa ini banyaknya pecahan secara politis menjadi beberapa kerajaan kecil yang mandiri. Sehingga politik yang dianut oleh semua negara ini adalah kesepakatan untuk mempertahankan perbedaan dalam kesatuan kultural.
John Hale seorang ahli renaissance Italia mengatakan bahwa kota Firenze menjadi kota pelopor renaissance di Italia pada masa wal munculnya zaman baru tersebut.[9] Kota ini dipengaruhi oleh bangsawan dan pedagang. Dari sini, kemudian renaissance menjalar ke daratan Eropa lainnya.
C.     Renaissance di Eropa
Kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi fokus kemajuan. Antroposentrisme menjadi pandangan hidup dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa. Pada abad ke-15 sampai abad ke-16 kaum intelektual, seniman dan politik didaratan Eropa serentak untuk membuat satu gerakan pembaharuan yang mengeinginkan kebebasan berfikir dan akan merubah doktrin agama yang mereka anggap sangat mengekang kemerdekaan batin.[10]
Jatuhnya kekaisaran Byzantium atau Romawi Timur di Konstantinopel membangkitkan Eropa. Disamping itu, kota Firenze adalah satu-satunya kota saat itu yang paling produktif dalam menghasilkan berbagai seniman besar dan juga para bankir utama di Eropa masa itu. Selain kotanya yang produktif, kota ini juga melairkan tokoh-tokoh seniman besar pada masa itu, seperti Dante Alighieri dan Polizaiono(Puisi), Boccacio Uccello, Verrocchio, leonardo da Vinci(Prosa), dll. Benih-benih humanisme yang mengalirkan liberalisme, individualisme serta rasionalisme dari kota Firenze ini mendapat tempat subur untuk berkembang keseluruh penjuru Eropa.[11] Dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya zaman Renaissance adalah zaman yang menjembatani akan zaman abad pertengahan dan zaman modern.
PENUTUP
Kata Renaissance, yang terjemahan literal dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris adalah "Rebirth" (atau dalam bahasa Indonesia "Kelahiran kembali"), Renaissance juga dapat dipahami dari arti terminologi bahwasanya Renaissance adalah timbulnya revolusi pandangan hidup orang-orang Eropa dari zaman pertengahan menuju abad modern melalui peralihan yang cukup cepat. Renaissance adalah sebuah gerakan budaya yang sangat mempengaruhi kehidupan intelektual Eropa pada periode modern awal. Mulai di Italia, dan menyebar ke seluruh Eropa pada abad ke-16, pengaruhnya dirasakan dalam sastra, filsafat, seni, musik, politik, ilmu pengetahuan, agama, dan aspek lain dari penyelidikan intelektual. Renaissance sebenarnya merupakan transisi untuk menuju zaman pencerahan(aufklarung) abad ke-18.
Tokoh-tokoh renaissance antara lain, Dante Alighieri, Lorenzo Valla, Niccolo Machiavelli, Boccacio, Francesso Petrarca, Desiderius Erasmus, Lionardo da Vinci dll.


DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo Sutarjo. Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern. Jakarta: Rajawali Pers. 2013.
Sofyan Ayi. Kapita Selekta Filsafat. Bandung: CV.Pustaka Setia. 2010.
Mustansyir Rizal. Filsafat Analitik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ravertz Jerome R. Filsafat Ilmu Sejarah& Ruang Lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.
Hardiwijono Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Penerbit Kanasius, 1980
Bury J. B. Sejarah Kemerdekaan Berfikir. Jakarta: Progres. 2004.





[1]Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 67-68
[2] Ayi Sofyan, Kapita Selekta Filsafat(Bandung: CV.Pustaka Setia, 2010), h. 78-79
[3] Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, h. 13
[4] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 68
[5] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah& Ruang Lingkup Bahasan(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 29
[6] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 71
[7] Harun Hardiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1(Yogyakarta: Penerbit Kanasius, 1980), h. 180-120
[8] J. B. Bury, Sejarah Kemerdekaan Berfikir(Jakarta: Progres, 2004), h.77-78
[9] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 81
[11] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 83

Tidak ada komentar:

Posting Komentar