Minggu, 06 Maret 2016

Renaissance

PENDAHULUAN
Kebudayaan Yuniani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek utama. Tidak dapat kita pungkiri bahwa Eropa dan Italia khsuusnya menjadi modern seperti sekarang, sebenarnya sudah dimulai sejak zaman Renaissance. Modernisasi bagaimanapun pasti akan memerlukan waktu sebentar ataupun lama, seperti halnya Eropa dan Italia yang memerlukan waktu kurang lebih lima abad bahkan Jepang yang memulai modernisasi sejak zaman Meiji Restorasi dimana mereka memerlukan waktu kurang lebih satu setengah hingga dua abad.
Masa Renaissance adalah masa dimana para ahli pikir berupaya melepaskan diri dari dogma agama. Renaissance adalah sebuah gerakan budaya yang berkembang pada periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Abad Pertengahan Akhir(Abad Pertengahan Akhir atau Zaman Pertengahan Akhir adalah sebuah zaman dari sejarah Eropa yang utamanya meliputi abad ke-14 sampai ke-15 (sekitar 1301–1500). Tentunya ada manfaatnya apabila menyelami seluk beluk modernisasi suatu bangsa dan negara, khusunya Italia dan Eropa.
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan sejarah Renaissance
Kata Renaissance, yang terjemahan literal dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris adalah "Rebirth" (atau dalam bahasa Indonesia "Kelahiran kembali"), pertama kali diperkenalkan oleh Giorgio Vasari pada abad ke-16 untuk menggambarkan semangat kesenian Italia mulai abad ke-14 hingga ke-16 yang bernapaskan semangat kesenian Yunani dan Romawi Kuno.[1] Arti Renaissance juga dapat dipahami dari arti terminologi bahwasanya Renaissance adalah timbulnya revolusi pandangan hidup orang-orang Eropa dari zaman pertengahan menuju abad modern melalui peralihan yang cukup cepat. Istilah Renaissance sering digunakan untuk menamai berbagai macam kebudayaan dan pemikiran di Eropa yang dimulai dari Italia kemudian meluas ke beberapa negara di Eropa lainnya. Kemunculannya menghidupkan kembali ilmu pengetahuan, filsafat, dan perubahan diberbagai kehidupan hingga para sejarawan menganggap sebagai awal zaman modern. Perubahan yang terjadi pada zaman Renaissance menjadi persiapan bagi pembentukan filsafat pada abad ke-17(filsafat modern).[2] Oleh karena itu para ahli pikir mendambakan kelahiran kembali filsafat yang bebas, yang tidak terikat pada ajaran agama. Hal ini didorong dengan sebab mulai pudarnya kewibawaan dewan gereja pada masa itu yang dianggap terlalu banyak mencampuri kegiatan ilmiah dan juga orang-orang pada masa itu lebih mendambakan nilai-nilai individual yang bersifat konkrit dan menggunakan akal pikir karena mereka tidak mempercayai nilai-nilai universal yang terlalu dianggap abstrak.[3] Sehingga Burckhardt dalam bukunya menyebutkan bahwa munculnya renaissance bukan sekedar kelahiran kembali kebudayaan Romawi dan Yunani kuno tetapi merupakan kebangkitan kesadaran menusia sebagai makhluk yang rasional.
Beberapa tokoh yang cukup berpengaruh pada zaman renaissance seperti Leonardo da inci, Michelangelo dan Francis Bacon. Davinci mengatakan masa renaissance manusia berkeyakinan bahwa pengalaman, eksperimenn dan rasionalitas manusia merupakan dasar dalam kehidupan duniawi ini.[4] Bisa kita pahami bahwa, jika Abad Pertengahan mengatakan manusia lahir ke dunia turun dari surga dan begitu lahir langsung mengangkat kepalanya untuk menengadah lagike surga, maka masa renaissance mengatakan manusia lahir ke dunia untuk mengolah menyempurnakan serta menikmati dunia ini, baru setelah itu menengadah ke surga. Manusia pada zaman ini belajar untuk memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayan kepada sesama dengan hidup secaara aktif memikirkan kepentingan umum dan bukan hidup bersenang-senang dan pasif. Leonardo da Vinci sangat menyukai ilmu pengetahuan, walaupun beliau juga ahli dalam bidang seni, astronomi, anatomi, sehingga beliau memahami burung terbang dan merancang pesawat terbang.
B.     Renaissance di Italia
Perkembangan penting yang kita sebut Renaissance sebenarnya dimulai dari Italia pada wal abad ke-14 dan kemudian menjadi sebuah produk yang artistik karena penemuan manusia dan alam pada abad ke-15.[5] Pada abad ke-14 yaitu Ketika Dante dengan Divina Comedianya, atau Gionto dengan lukisan-lukisan meninggalkan ciri-ciri dan tradisi seni sastra dan seni lukis dimasa itu. Pelukis pada masa ini menggambarkan orang-orang dalam lukisanya seperti halnya nyata hidup. Ketika Perang Salib berakhir justru Italia mendapatkan keuntungan yang sangat besar karena letaknya tepat dipusat kawasan perdagangan yang paling ramai di dunia pada masa itu(Laut Tengah), sehingga memiliki peluang sebagai pintu gerbang masuknya barang-barang impor dari Timur Tengah yang kemudian disalurkan keseluruh Italia Utara terus keJantung daratan Eropa ata sebaliknya.[6] Selain mendapatkan keuntungan dalam hal perdagangan, pada abad ke-15 di Italia juga berkembang ilmu filsafat, dengan ajaran bahkan cara yang berbeda pada zaman sebelumnya yakni filsafat Skolastik. Perkembangan Skolastik memuncak pada abad pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan pertama abad ke-14 karena perhatianya telah dialihkan kepada teologia persoalan gerejani bukan lagi pada hal filsafat.[7]
Italia menyatakan bahwa negeri-negeri lain mampu menciptakan satu suasana berfikir bebas oleh akal dapat diciptakan dan dimulai dari ilmu pengetahuan. Karena sejak ke-14 semua orang merasai perlunya Gereja diperbarui dan pembaruan telah dijanjikan, tapi keadaan semakin buruk dan tidak ada lagi jalan lain selain pemberontakan. Pemberontakan itu salah satunya dipimpin oleh Luther, dimana Luther tidak memberontak terhadap ajaran agama namun dia memberontak terhadap cara-cara gereja yang memeras uang, terutama dengan menjual Surat-surat Tanda Pengampunan Dosa(Atllatbrieven) pada masa itu.[8] Italia dimasa renaissance bukan merupakan kesatuan politik, karena pada masa ini banyaknya pecahan secara politis menjadi beberapa kerajaan kecil yang mandiri. Sehingga politik yang dianut oleh semua negara ini adalah kesepakatan untuk mempertahankan perbedaan dalam kesatuan kultural.
John Hale seorang ahli renaissance Italia mengatakan bahwa kota Firenze menjadi kota pelopor renaissance di Italia pada masa wal munculnya zaman baru tersebut.[9] Kota ini dipengaruhi oleh bangsawan dan pedagang. Dari sini, kemudian renaissance menjalar ke daratan Eropa lainnya.
C.     Renaissance di Eropa
Kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi fokus kemajuan. Antroposentrisme menjadi pandangan hidup dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa. Pada abad ke-15 sampai abad ke-16 kaum intelektual, seniman dan politik didaratan Eropa serentak untuk membuat satu gerakan pembaharuan yang mengeinginkan kebebasan berfikir dan akan merubah doktrin agama yang mereka anggap sangat mengekang kemerdekaan batin.[10]
Jatuhnya kekaisaran Byzantium atau Romawi Timur di Konstantinopel membangkitkan Eropa. Disamping itu, kota Firenze adalah satu-satunya kota saat itu yang paling produktif dalam menghasilkan berbagai seniman besar dan juga para bankir utama di Eropa masa itu. Selain kotanya yang produktif, kota ini juga melairkan tokoh-tokoh seniman besar pada masa itu, seperti Dante Alighieri dan Polizaiono(Puisi), Boccacio Uccello, Verrocchio, leonardo da Vinci(Prosa), dll. Benih-benih humanisme yang mengalirkan liberalisme, individualisme serta rasionalisme dari kota Firenze ini mendapat tempat subur untuk berkembang keseluruh penjuru Eropa.[11] Dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya zaman Renaissance adalah zaman yang menjembatani akan zaman abad pertengahan dan zaman modern.
PENUTUP
Kata Renaissance, yang terjemahan literal dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris adalah "Rebirth" (atau dalam bahasa Indonesia "Kelahiran kembali"), Renaissance juga dapat dipahami dari arti terminologi bahwasanya Renaissance adalah timbulnya revolusi pandangan hidup orang-orang Eropa dari zaman pertengahan menuju abad modern melalui peralihan yang cukup cepat. Renaissance adalah sebuah gerakan budaya yang sangat mempengaruhi kehidupan intelektual Eropa pada periode modern awal. Mulai di Italia, dan menyebar ke seluruh Eropa pada abad ke-16, pengaruhnya dirasakan dalam sastra, filsafat, seni, musik, politik, ilmu pengetahuan, agama, dan aspek lain dari penyelidikan intelektual. Renaissance sebenarnya merupakan transisi untuk menuju zaman pencerahan(aufklarung) abad ke-18.
Tokoh-tokoh renaissance antara lain, Dante Alighieri, Lorenzo Valla, Niccolo Machiavelli, Boccacio, Francesso Petrarca, Desiderius Erasmus, Lionardo da Vinci dll.


DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo Sutarjo. Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern. Jakarta: Rajawali Pers. 2013.
Sofyan Ayi. Kapita Selekta Filsafat. Bandung: CV.Pustaka Setia. 2010.
Mustansyir Rizal. Filsafat Analitik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ravertz Jerome R. Filsafat Ilmu Sejarah& Ruang Lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.
Hardiwijono Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Penerbit Kanasius, 1980
Bury J. B. Sejarah Kemerdekaan Berfikir. Jakarta: Progres. 2004.





[1]Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 67-68
[2] Ayi Sofyan, Kapita Selekta Filsafat(Bandung: CV.Pustaka Setia, 2010), h. 78-79
[3] Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, h. 13
[4] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 68
[5] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah& Ruang Lingkup Bahasan(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 29
[6] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 71
[7] Harun Hardiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1(Yogyakarta: Penerbit Kanasius, 1980), h. 180-120
[8] J. B. Bury, Sejarah Kemerdekaan Berfikir(Jakarta: Progres, 2004), h.77-78
[9] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 81
[11] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai yang Modern(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 83

Filsafat Alam dan beberapa tokohnya

PENDAHULUAN
Alam ialah seluruh zat dan energi, khususnya dalam bentuk esensinya. Alam ialah mata pelajaran studi ilmiah. Dalam skala, "alam" termasuk segala sesuatu dari semesta pada subatom. Ini termasuk seluruh hal binatang, tanaman, dan mineral; seluruh sumber daya alam dan peristiwa (tornado, gempa bumi). Juga termasuk perilaku binatang hidup, dan proses yang dihubungkan dengan benda mati.Filsafat alam (dari bahasa Latin philosophia naturalis) adalah istilah yang melekat pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Filsafat alam dipandang sebagai pendahulu ilmu alam semisal fisika. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian yang mempunyai hubungan erat.
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat Alam
Filsafat alam adalah kajian ilmu pengetahuan yang memikirkan akan alam besar. Dari mana terjadinya sebuah alam itulah yang menjadi soal untuk para tokoh didalamnya. Ilmu pengetahuan alam merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam meramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam.[1] Filsafat alam (dari bahasa Latin philosophia naturalis) adalah istilah yang melekat pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Filsafat alam dipandang sebagai pendahulu ilmu alam semisal fisika. Bentuk-bentuk ilmu pengetahuan per sejarahnya berkembang di luar filsafat, atau lebih khususnya filsafat alam.[2]B.     Tokoh-tokoh Filsafat Alam
1.           THALES
Thales berasal dari Miletus, Asia Kecil, Yunani Kuno sekitar 624 SM dan meninggal sekitar tanggal 546 SM. Pada tahun itu Miletus merupakan kota penting yaitu sebagai jalur perdagangan antara Yunani, Italia, Mesir, dan Asia. Sehingga karena sebagai kota transit inilah terjadi pertemuan antar Negara-negara tersebut dan terjadi pertukaran latar belakang kebudayaan dan pemikiran. Dan karena itulah sehingga kota Miletus juga dikenal sebagai pusat intelektualitas. Thales dikenal banyak orang melalui cerita mulut ke mulut, hingga fakta tentang kehidupan Thales sulit dipercaya karena telah bercampur dengan dongeng. Thales dianggap sebagai Bapak Filsafat, gelar yang diberikan oleh Aristoteles. Sehingga para sejarawan sepakat menyatakan sepakat dengan hal itu. Thales dikabarkan telah berkenala ke Mesir untuk mendapatkan pengetahuan, dan setelah kepulanganya dia membawa keilmuan yang sangat berharga yakni ilmu geomatri(Ilmu ukur).[3]Sebuah cerita yang menceritakan bahwa Thales adalah seorang saudagar yang benyak berlayar ke negeri Mesir. Dia juga seorang ahli politik di Miletus, ahli perbintangan, Matematika bahkan dalam hal Astronomi. Filosofinya hanya diajarkan dari mulut ke mulut sehingga dia tidak meninggalkan suatu karya, meskipun dialah filosof pertama Yunani. Thales tidak pernah mnegatakan bahwa dirinya adalah filosof, namun saat Aristoteles menuliskan tentang Thales, disitulah dia disebut Bapak Filosofis.[4]Thales dianggap sebagai filusuf karena dia mengetahui bahan dasar dari alam semesta melalui akalnya dengan sebuah pertanyaan yang sangat radikal, What is the nature of the world stuff?(Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?). dia menemukan atas jawabanya yaitu bahan dasar alam semesta ini adalah air dan bumi yang mengapung di atas air. Dia mneyatakan air sebagai bahan dasar karena dia pernah datang ke Mesir dengan meneliti air Sungai Nil yang dijadikan ketergantungan masyaraka sekitar Sungai Nil itu. Sedangkan bumi yang mengapung diatas air, karena dia melihat lautan yang begitu luas sementara daratan lebih kecil dari lautan, sehinga dia mengambil kesimpulan daratan muncul dari lautan.[5] Selain itu Thales juga menyimpulkan satu pemikiran filsafat, yaitu bahwa magnet memiliki jiwa karena bisa menggerakkan besi.
2.           ANAXIMANDROS
Sebagaimana Thales, Anaximandros juga penduduk Miletus yang lahir sekirat tahun 610-547 SM. dia lebih muda 15 tahun dari Thales, namun meninggal dua tahun dari Thales. Dia merupakan murid dari Thales. Dalam kehidupanya dia dikenal sebagai seorang yang sering melakukan pengamatan dan observasi terhadap segala sesuatu. Anaximander adalah orang yang pertama membuat peta bumi dan dia juga sangat berjasa dalam bidang geografi dan astronomoi. [6] Anaximandros adalah murid dari Thales meskipun dia filosof lebih besar daripada gurunya.Menurut Apollodorus, seorang penulis Yunani kuno, Anaximandros (610-546 SM) telah berumur 63 tahun pada saat Olimpiade ke-58 yang dilaksanakan tahun 547/546 SM.Karena itu, diperkirakan Anaximandros lahir sekitar tahun 610 SM. Kemudian disebutkan pula bahwa Anaximandros meninggal tidak lama setelah Olmpiade tersebut usai, sehingga waktu kematiannya diperkirakan pada tahun 546 SM. Menurut tradisi Yunani kuno, Anaximandros memiliki jasa-jasa di dalam bidang astronomi dan geografi. Misalnya saja, Anaximandros dikatakan sebagai orang yang pertama kali membuat peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi dapat dilihat ketika ia memimpin ekspedisi dari Miletos untuk mendirikan kota perantauan baru ke Apollonia di Laut Hitam. Selain itu, Anaximandros telah menemukan, atau mengadaptasi, suatu jam matahari sederhana yang dinamakan gnomon.Ditambah lagi, ia mampu memprediksi kapan terjadi gempa bumi.[7]Seperti dengan gurunya, Anaximandros juga mencari tentang asal-usul segalanya, karena dia tidak menerima semua apa yang dikatakan Thales. Anaximandros menuliskan pemikiranya dalam sebuah buku dengan keterangan yang sangat jelas. Oleh sebab itu keterangan-keterangannya dipandang orang sebagai filosofi yang paling kuat. Dia berpendapat bahwa asal dari segala sesuatu adalah yang satu, yakni tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Yang satu inilah sebagai dasar dari alam, yang kemudian dinamai oleh Anaximandros dengan Apeiron. Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tidak ada persamaanya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini. Segala yang tampak mempunyai akhir, hidup, mati dan lenyap. Semua itu terjadi daripada aperion dan kembali pula pada aperion.  Anaximandros juga menganggap jiwa yang menjadi dasar hidup itu serupa dengan udara.[8] Anaximandros menyatakan bahwa bumi pada awalnya dibalut oleh udara yang basah. Karena berputar terus-menerus, maka berangsur-angsur bumi menjadi kering. Akhirnya, tinggalah udara yang basah itu sebagai laut pada bumi.
 3.           ANAXIMENES
Anaximenes is said to have lived between 588 and 526 BC. He was the last of the first three Greek philosophers from  Miletus. The  details  of  his  life  are  almost  totally unknown,  and  his  doctrine  seems  to be  a  decided retrogression from the stage reached by Anaximander.[9] Pada tahun 494 SM kota Miletus diserang dan ditaklukkan Persia, kerena itu banyak ahli-ahli pikir lari dari Miletus. Kepergian mereka menjadikan hilang nama Miletus sebagai pusat pengajaran filosofi alam. Akhir kemajuan filosofi terjadi tidak lama setelah dia meninggal. Anaximenes adalah murid dari Anaximandros, sebab itu tidak salah apabila pandanganya tentang alam semesta akan bahan dasarnya satu pandangan dengan gurunya. Dia mengajarkan bahwa barang yang asal itu “satu” dan tidak berhingga, hanya saja dia menolak ajaran gurunya bahwa barang yang asal itu tidak ada persamaanya dengan barang yang lahir dan tidak dapat digambarkan.[10]Anaximenes menulis sebuah buku, tetapi sebagaimana yang terjadi pada gurunya, yang tersimpan hanya satu fragmen. Kelangkaan buku-buku karya mereka karena adanya perang yang dapat merusak segalanya, termasuk dokumentasi hasil peikiran seseorang. Dia lebih mempercayai sesuatu yang dapat ditangkap indera sebagai bahan dasar alam semesta, daripada seseuatu yang tidak tampak. Meskipun Anaximenes menyamakan antara udara dan jiwa, tapi dia membedakan antara benda hidup dan benda mati. Berbeda dengan Thales yang mengatakan bahwa segala sesuatu memiliki jiwa. Menurutnya benda mati tidak memiliki jiwa, karena tidak ada udara didalamnya.[11]         PENUTUPFilsafat alam adalah kajian ilmu pengetahuan yang memikirkan akan alam besar danadri mana terjadinya sebuah alam. Alam disini menjadi pusat utama dalam hal pngetahuan mengenai terjadinya alam semesta. Alam ialah seluruh zat dan energi, khususnya dalam bentuk esensinya. Alam ialah mata pelajaran studi ilmiah. Ada satu madzhab diawal lahirnya filsafat itu sendiri, yaitu madzhab Milesian. Madzshab Milesian ini diambil dari sebuah nama kota, yaitu kota Miletus tempat kelahiran para filusuf awal yaitu Thales, Anaximender, Anaximenes.
Sehingga Pada zaman yunani kuno di pandang dan di anggap sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapakan ide dan pendapat, oleh karena itu pada zaman yunani kuno di anggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan hingga sekarang, tidak merupakan hasil pembalikan telapak tanggan kita. Perkembangan ilmu yang semakin pesat hingga sekarang ini terjadi karena proses,tahapan dan juga evolutif.      
     DAFTAR PUSTAKA
Rahman Masykur Arif. Sejarah Filsafat Barat. Jakarta: IRCisoD, 2013
Hatta Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI-Press 1986.
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_alam, (diakses: 01 Maret 2016)
Yussi Aprillia A. PEMIKIRAN ANAXIMANDER, ed. Pdf(diakses: 01 Maret 2016International Journal of Philosophy 2013;1(4): 57-65, Published online January 30, 2014
(http://www.sciencepublishinggroup.com/j/ijp)doi:10.11648/j.ijp.20130104.12, ed. Pdf(diakses: 01 Maret 2016)

[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_alam, (diakses: 01 Maret 2016)
[3] Masykur Arif Rahman, Sejarah Filsafat Barat(Jakarta: IRCisoD, 2013), h. 68-67
[4] Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani(Jakarta: UI-Press 1986), h. 6-7
[5] Masykur Arif Rahman, Sejarah Filsafat Barat(Jakarta: IRCisoD, 2013), h. 72-73
[6] Masykur Arif Rahman, Sejarah Filsafat Barat(Jakarta: IRCisoD, 2013), h. 74-75
[7] Yussi Aprillia A, PEMIKIRAN ANAXIMANDER, ed. Pdf(diakses: 01 Maret 2016
[8] Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani(Jakarta: UI-Press 1986), h. 9-11[9] International Journal of Philosophy 2013;1(4): 57-65, Published online January 30, 2014 (http://www.sciencepublishinggroup.com/j/ijp) doi: 10.11648/j.ijp.20130104.12, ed. Pdf(diakses: 01 Maret 2016)
 [10] Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani(Jakarta: UI-Press 1986), h. 12[11] Masykur Arif Rahman, Sejarah Filsafat Barat(Jakarta: IRCisoD, 2013), h. 81-84